Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

Biografi KH Ahmad Badjuri, Pengasuh / Pendiri Pondok Pesantren Ma`dinul Ulum Campurdarat

 

Biografi KH. Ahmad Badjuri

KH. Ahmad Badjuri dilahirkan di Desa Campurdarat Tulungagung pada tahun 1938 M .oleh seorang ayah H. PUSLAN Bin Haji Thohir dan seorang ibu Hj. SULMI Binti JAYADI. Beliau anak yang kesebelas dari sebelas orang bersaudara.

Pada tahun 1945 M. beliau masuk sekolah dasar dan bertepatan kemerdekaan Negara Rebublik Indonesia. Dengan adanya peritiwa pemberontakan PKI. Madiun 1948 .dan agresi belanda tahun 1949, Maka kegiatan sekolah tergangu sehinga beliau tamat sekolah tahun 1953 M. pada waktu masih sekolah- dasar , beliau juga mendalami di siplin ilmu baca Alquran .dalam hal ini beliau mengaji kepada sesepuh Campurdarat ,diantara nya:

  1. Almarhum Bapak KH. SODIQUN
  2. Almarhum Bapak K.H UMAR
  3. Almarhum Bapak K. H ZAINI

Beliau juga tabarukan pada Almarhum Assyek Al’allamah Azzahid Hadrotussyek KH. DIMYATI Campurdarat ( Beliau ini kakak kandung dari ibu Hj. Sulmi ).

  • MASA MENUNTUT ILMU

Pada tahun 1954 M . Beliau berangkat mencari ilmu untuk Mondok. Pondok Pesantren pertama beliau adalah di Njajar Desa Sumbergayam Kecamatan Kamulan Kabupaten Trenggalek, Yang diasuh Oleh :

  1. .Assyekh Alwara ‘Aljuud Mbah KH. BADRUDIN
  2. Assyekh Al’alamah iil’mi Tauhid Mbah KH.ABI SUJAK atau Mbah K.H DARWI
  3. Assayekh All,allamah Tasawub Mbah KH. MAHFUDZ.

Sesudah dua setengah tahun disana karena Kyai Mbah Bahruddin Wafat maka beliau oleh Mbah Kyai Darwi dipeintahkan dan dianjurkan untuk memperdalam ilmu agama lagi ke Pondok Pesantren SIDORANGU, KRIYAN, Sidoarjo yang diasuh oleh Asyekh Al’Allamah Zaahid Al Juuhud Sohibul Karomah Wal Fadilah Al Kabiroh Kyai Sahlan untuk belajar ilmu hal ( ilmu Tingakah Laku /Tasyawuf ).

KH.Ahmad badjuri bersama KH.Syahlan Sidorangu
KH.Ahmad badjuri bersama KH.Syahlan Sidorangu

Sesudah dua setengah tahun berguru di sana terdorong oleh prasaan ingin meningkatkan materi pelajaran maka beliau melanjutkan mengaji ke Pondok Pesantren BERASAN BANYUWANGI yang diasuh oleh :

  1. Assyeh Al’alamah Alwara’ Shohibul Karomah Wal Fadillah Kyai Haji ABDUL MANAN
  2. Assyeh Al’alamah Alwara’ Shohibul Karomah Wal Fadillah Al Kabiroh Kyai Haji ISKANDAR

Disana beliau mengaji kitab Tafsir Jalalaine dan Al Qur’an Nur Karim Kepada HADRATUSSYEKH KYAI HAJI ABDUL MANAN. Dan kitab Ihya’ Ulumuddin kepada HADRATUSSYEKH KYAI HAJI ISKANDAR.

Dengan modal pengetahuan yang sudah beliau peroleh maka semakin tinggi hasrat beliau untuk meningkatkan pengetahuan. Untuk itu beliau lalu melanjutkan memperdalam Ilmu agama KePondok Pesantren KAJEN Tempat di BULU MANIS JUWONO PATI Jawa Tengah yang diasuh oleh Asyeh Al’alamah Alwara’ Shohibul Karomah Fil Ilmi Manteq Wal Badi, Wal Bayan KH .ABDUL HAQ. Disana beliau mendalami Ilmu :

  1. llmu manteq( Ilmu Logika )
  2. Ilmu Balaghoh ( Jawahirul ma’nun)
  3. Ilmu Usul Fiqih
    kegiatan santri putri di jaman romo KH.Ahmad badjuri
    kegiatan santri putri di jaman romo KH.Ahmad badjuri

Yang semuanya itu beliau tempuh dalam jangka waktu satu tahun. Hadrotus syekh KH. AHMAD BAJURI pernah mengaji dan mempelajari Ilmu Hisab (Ilmu Falak) Kepada KH. MAHFUD Pengasuh Pondok Pesantren Ambulu Kabupaten Jember. Tak kurang dari 6 Bulan beliau disiplin Ilmu hisab dibawa bimbingan KH. MAHFUDZ yang ‘allamah itu.

Karena semakin tingginya hikmah Hadrotussyekh untuk mendalami Agama sedalam-dalamnya,maka pada tahun 1960 M. Memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren Tertek Pare Kediri yang di asuh oleh Assyekh Al’allamah Fil’ilmi Hadist Wal Hafidzil Qur’an Kyai ZUAINI ,di sana beliau mengaji kitab –kitab Hadist.

Setelah selesai mengaji Kitab – kitab Hadist tepatnya pada tahun 1963 M. Hadrotussyekh masuk pondok Toreqoh, Kauman Tulungagung yang diasuh oleh Assyekh Al,allamah Wal Fadillah Kyai Haji Mustakim Husin untuk Bai,at Toreqoh syadaliyah wal qodiriyah.

Didalam mencari Ilmu, beliau senantiasa mengalami berbagai cobaan, namun didalam menghadapinya dengan tabah, meskipun krisis ekonomi, berbagai kesusahan beraneka ragam keprihatinan adalah teman beliau pada waktu menimba Ilmu. Seringkali sewaktu beliau menimba Ilmu di berbagai Pondok Pesantren mengalami kehabisan bekal, namun dihadapinya dengan tegar tanpa memperlihatkan kesusahan yang menggangu peroses belajar berkat ketabahan, ketekunan, dan keiklasan serta birulwalidan kepada kedua orang tua yang dilakukan, dalam waktu yang relatif singkat beliau dapat menguasai materi – materi pelajaran yang disampaikan guru-guru beliau.

Pada masa – masa belajar, Hadroyus syekh sangat beminat mendalami bebagai macam disiplin Ilmu, akan tetapi yang beliau gemari adalah cabang aqidah, syari’ah dan kususnya Ilmu tasawuf. Dalam bidang tasawuf beliau sangat menguasai dan menjiwai, sehingga pada waktu membacakan kitab Bidayatul Hidayah karya Al Ghozali dan Kifayatul Atqiya’, seakan – akan tanpa melihat teknya, karena sepertinya beliau sudah hapal, begitu juga ketika membacakan kitab Hikam karya Syekh Al’-arif Billah Ahmad Bin ’Atho’illah Assakandari ,beliau dengan jelas mentasawurkan atau menerangkan dan mudah menerima.

Lagi – lagi cobaan Hadratus Syekh pada waktu mondok ,pernah mengalami kekurangan bekal,yang sehinga untuk beberapa waktu beliau harus makan tiwul atau karak ,tapi beliau tetap tegar dan tabah (nerimo ing pandum). Dalam mencari ilmu Hi’mah Hadrotus Syekh sangat banyak, derasnya godaan , susahnya ekonomi, serta badai cobaan yang bagai manapun tidak menjadi persoalan, tetesan keringat dan lemahnya fisik tak menjadi masalah, asal keinginan belajar dapat terpenuhi, itulah perinsip beliau pada waktu itu, dan setiap khatam mengaji beliau selalu memberi shodaqoh atau bisyaroh semampunya kepada Kyai atau guru yang mengajar, meski harus menabung setiap harinya. Begitulah perjalanan pengembaraan Hadroyus Syek KH Shohibul Karomah Wal Fadilah Kyai Haji Ahmad Bajuri, dalam mencari ilmu dengan segala suka dan duka.

Bunyai Hajah Siti Namlah bersama Santri Cilik
Bunyai Hajah Siti Namlah bersama Santri Cilik

Menurut KH.AHMAD BADJURI , pondok pesantren atau sarana pembelajaran umat dalam hal agama sangat kurang. “Sebagai seorang muslim, saya merasa terpanggil untuk membentengi Islam dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Selain itu pula, saya melihat ada indikasi kuat wilayah saya adalah salah satu jalur di pulau jawa yang sangat potensial,”tambahnya.

Diungkapkan dengan melihat kondisi tersebut ia pun mencoba berstrategi agar masyarakat atau umat tidak menjerumus ke lubang kemusyrikan, dan tetap berada di jalan Allah SWT.”Karenanya, saya kemudian membuka pondok pesantren. Pendirian pondok pesantren saya lakukan setelah menimba ilmu di pesantren almarhum Buya KH Dimyati di Banten,” jelasnya.

KH.AHMAD BADJURI
KH.AHMAD BADJURI BESERTA murid MI di mushola awal berdirinya pondok pesantren
  • KELUARGA

Pada usia 25 tahun, tepatnya pada tahun 1963, KH Achmad Badjuri menikah dan oleh Allah beliau dianugerhi dua orang istri. Istri yang pertama bernama Hj. Muslihah Binti Haji Ahmad Salam, dari desa Jengles Pare kediri yang di karuniai 6 Putra – Putri.

Putra- putri dan cucu serta cicit KH.Ahmad Badjuri
Putra- putri dan cucu serta cicit KH.Ahmad Badjuri

1. Ibnu Mundzir ( meninggal usia 7 hari )

2. KH. Ali Mubarok Badjuri

3. Anis Rohillah ( meninggal usia 6 tahun )

4. Dewi Saudah Badjuri

5. KH. Ali Musta’in Badjuri

6. KH.Ali Imron Badjuri, S.pd

Dan istri kedua bernama Hj. Namlatus Sholihah Binti Haji Sholeh dari desa Campurdarat. Di karuniai 5 putra-putri.

1. Drs H. Ali Ma’dum Badjuri

2. KH. Ali Ma’sud Badjuri, SH

3. Lailatul Istifaiyah Badjuri

4. Siti Rohmah Badjuri

5. Ali Masjkur Badjuri. ST

  • MERINTIS PONDOK PESANTREN

Selama masih ada kesempatan, bagaimana punj uga harus digunakan untuk menimba ilmu itulah perinsip Kh. Ahmad Bajuri. Tapi beberapa kyai sekaligus sebagai sang guru, minta agar beliau menyudai mondok dan supaya mendirikan pondok pesantren, karena sudah dianggap mampu mengembangkan ilmunya dimasyarakat.

Adapun para guru yang memerintah ialah.

  1. ALMARHUM MBAH KYAI DIMYATI dengan kata – kata kinayahnya, karena Mbah kyai DIMYATI termasuk khowariqul’adah.
  2. ALMARHUM MBAH KYAI KHOLIL Dawuan Gurah Kediri Mursyid Thoriqoh Naqsabandi Kholidiyah.
  3. AL MARHUM MBAH KYAI Njajar Trenggalek
  4. AL MARHUM MBAH KYAI MUSTAKIM HUSIN Tulungagung Mursid Thoriqoh Sadzaliyah Qodiriyah.

Sebenarnya masyarakat Campurdarat sudah lama menginginkan Hadrotus syekh KH. AHMAD BAJURI segera pulang dan mengembangkan ilmunya di masyarakat. Maka dengan taat perintah guru dan memenuhi perintah masyarakat, beliau menyelesaikan mondok dan Riyadhoh sekaligus melaksanakan perintah guru.

salah satu ruangan kamar santri jaman KH.Ahmad Badjuri
salah satu ruangan kamar santri jaman KH.Ahmad Badjuri

Sebagai realisasi dari amanat para guru tersebut, mula – mula beliau beserta masyarakat sekitar membuat musollah kecil yang atapnya terbuat dari rumput alang – alang dan dindingnya dari anyaman bambu sedangkan tiangnya dari bambu ori untuk peribadatan dan menampung penduduk yang ingin mengaji. Baru tiga tahu kemudian, tepatnya pada tahun 1965 M beliau membangun musollah tersebut menjadi sebagian tembok dan sebagian lainya dari anyaman bambu ( kloneng ) yang bahan materialnya beliau dapat dari rumah kedua orang tuanya yang telah diberikan kepada beliau, supaya dijadikan musollah.

Untuk mengisi kegiatan musollah, selain mengaji beliau juga mendirikan Jam’iyah Thoriqoh, manaqib dan Jamiyah Al berjanji. Berhubung pada tahun 1965 M beliau di minta oleh Organisasi kemasyarakatan untuk menjadi SYURIYAH di Campurdarat, maka untuk melengkapi dan menjalankan program NU beliau mendirikan Madrasah Wajib Belajar ( MWB) pada tahun 1968 M. Yang sekarang menjadi MI, dengan persamaan SD.

Berawal dari pengajian tersebut, maka terbentuklah pondok pesantren yang kemudian ia beri nama Pesantren Salafiyah MA’DINUL’ULUM. Nama itu diambil dari nama daridarah Campurdarat yang masih rawa dan sumber air. dengan harapan bisa menjadikan sumber ilmu agama. Khusus pada bidang keagamaan beliau ingin mencetak kader – kader Ulama’ yang akan meneruskan perjuangan Rosululloh SAW di masa mendatang, maka dari itu beliau mendirikan madrasah diniyah sehinggah pada tahun 1969 M sudah mempunyai siswa kurang lebih 900 siswa.

KH.Ahmad Bajuri bersama santri dan cicit Guru beliau KH Syahlan sidorangu krian
KH.Ahmad Bajuri bersama santri dan cicit Guru beliau KH Syahlan sidorangu krian

Dari hari kehari, perkembangan siswa dan jama’ah semakin bertambah, maka dirasa perlu membenahi segalah sesuatunya. Untuk itu tepatnya pada tahun 1977 M beliau merehab Musolla yang semula terdiri dari sebagian tembok dan sebagian anyaman bambu, menjadi bangunan permanen dari tembok dengan ukuran 15 x 8 m.

Selang satu tahun kemudian, datanglah santri dari luar daerah, karena semakin hari semakin bertambah,maka mulai saat itulah dibangun pondokan untuk menampung santrin yang datang dari luar daerah ,hinga pada tahun 1979 M.beliau membangun gedung madrasah yang terdiri dari dua lokal dengan ukuran 14 x 6m ,karena sarana yang sudah ada tidak memadahi lagi , mulai saat itulah perkembangan pondok pesantren semakin pesat bahkan dapat dikatakan stabil ,karena jumlah santri dan fasilitas gedung semakin bertambah .dan untuk meningkatkan kwalitas satri ,pada tahun 1985 M .hinga tahun 1985 M.beliau telah membacakan beberapa kitab di antaranya:

  1. Shoohih Bukhori ( Hatam satu tahun )
  2. Shohih Muslim ( Hatam satu tahun )
  3. Sunan Abi Dawud ( Hatam satu tahun )
  4. Ihya,Ulumuddin ( Hatam satu tahun )
  • MENUNAIKAN IBADAH HAJI

Sebagai seorang muslim yang setia kepada agama ,sudah barang tentu keinginan untuk menyempurnakan rukun islam ke lima ,begitu juga Hadrotussyeh Shohibul Kharomah Walfadilah KH.ACHMAD BADJURI . Beberapa keinginan itu terpemdam dalam hati ,menanti adanya kesempatan .Baru setelah menghatamkan kitab Ihya,Ulumuddin ,beliau dapat menjalankan ibadah Haji ke tanah suci ,sebab tanpa diduga sebelumnya ,pada tahun 1990 M.Beliau di minta oleh bapak Bupati Tulungagung ,yaitu Bapak Drs.H. SYAIIFUDDIN SA’ID untuk menjadi pembibing haji [ T P H D ].

KH.ahmad badjuri pada waktu haji
KH.ahmad badjuri pada waktu haji
  • PEMBANGUNAN MASJID

Selang satu tahun sepulang dari tanah suci tempatnya pada tahun 1991 M beliau di perintahkan Syekh Habib Ahmad Al ‘Mukhdor sebagai sang guru supaya membangun masjid,dengan di beri bekal batu merah sebanyak 70.000 Buah.

 

Berkat do’a Hadrotussyeh Shohibul Kharomah wal fadilah Habib Ahmad Al’muldror juga ridho Allah SWT, pembangunan masjid dapat di selesaikan berikut menaranya dalam jangka dua tahun ,dengan menelan biaya; -Rp 60.000.000.-

habib ahmad al muhdhor
habib ahmad al muhdhor dilwungu Ngunut Tulungagung

Masjid di bangun di atas tanah 20x 18 m .dengan menelan biaya –Rp 60.000.000.

Semua itu dapat terwujud karena ridho Allah SWT.dan semangat pengabdian juga keiklasan hati serta ketaatan Hadrotussyekh kepada sang guru yaitu Syekh Habib Ahmad All-Mukhdror Bendilwungu Ngunut Tulungagung.

NAMA-NAMA GURU KH.ACHMAD BADJURI

  1. Assyekh Al’alamah fil.ilmi fiqih wa tasawwuf wa tauhid wal ,alqur,an Mbah Kyai Babruddin Njajar durenan Trenggalek .
  2. Assyekh Al’alamah fil’ilmi Tasawwuf Watauhid wal Quran Mbah Kyai Mahfudz Njajar Ttrenggalek
  3. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi,illmi Hal Mbah Kyai Sahlan Sidorangu Krian
  4. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi,illmi Hal Mbah Kyai Ilyas.
  5. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Mbah Kyai Abdul Manan Manan Berasan Bayuwangi.
  6. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Mbah Kyai Iskandar Berasan bayuwangi.
  7. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi hisab Hal Mbah Kyai Mahfud Ambulu Jember.
  8. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Manthiq wal bayan wal badi,Mbah Kyai abdul haq Kajen Bulu manis pati jawa tengah .
  9. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hadist Syekh Zuwaini Tertek Pare Kediri
  10. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Thoriqoh Mbah Kyai Haji Mustakim Tulungagung.
  11. Assyekh Al’alamah Azzahid Khowairuqul ’adah Mbah Kyai Haji Campurdarat
  12. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Habib Ahmad Al-Baharun
  13. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Habib Ahmad Al-Mukhdlor Bendilwungu Ngunut Tulungagung
  14. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Mbah Yai Kholil Dawuhan Kediri
  15. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi,illmi Hal Hizib Mbah Kyai Yusuf Cirebon Jawa Barat
  16. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Hizib Mbah Kyai Ahmad,dun Dorosemo
  17. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Hal Hizib Mbah Kyai Haji Siroj.
  18. Assyekh Al’alamah Dzul karomah fi’illmi Tauhid Watasawuf Mbah Kyai Darwi Njajar Durenan Trenggalek
  • Metode Pembelajaran Tidak Berbeda

Soal materi pelajaran, di pondok pesantren ini KH.Ahmad Badjuri memberikan yang tidak berbeda jauh dengan pondok pesantren salafiyah pada umumnya. Antara lain menyodorkan metode sorogan, metode bandongan, hingga metode klasikal.

Namun pondok pesantren ini terlihat lain, karena membekali santrinya dengan berbagai keahlian yang di berikan KH.Ahmad Badjuri, yang maeliputi pertanian, peternakan, hingga perbengkelan.

Menurutnya, pondok pesantren ini merupakan toko kelontong yang dapat memenuhi kebutuhan bagi umat. Hal ini sangat jelas, karena pondok pesantren tersebut di kemas dengan pola pemenuhan kebutuhan, baik dari sisi kerohanian maupun sisi keduniawian.

Saat ini Ma’dinul’ulum memiliki santri tetap kurang lebih 850 santri pria dan sekitar 352 santri wanita. “untuk santri tidak tetap atau yang biasa dikataka sebagai santri ‘kalong’ kurang lebihnya berjumlah seribu santri,” ungkapnya.

Metode yang dianggap paling khusus dari KH.Ahmad Badjuri adalah penerapan metode back to nature ataukembali ke alam, sebagai bekal para santri ketika kembali ke masyarakat. Untuk jenjang pendidikan formal, Ma’dinul’ulum mengebalikan kepada negara. Artinya selain belajar ilmu agama di pesantren, para santri juga diwajibkan mengenyam bersekolah umum.

Dalam hal pendidikan agama, ma’dinul’ulum mengajarkan hafizul Quran bagi santri yang tertarik untuk menghafal Al- Quran. Selain itu, juga diajarkan nahwu shorof, Hadist, dan fiqih.

Untuk memperlancar proses belajar dan mengajar, disediakan Lima belas unit kelas, sebuah masjid, dan sebuah gedung berlantai Tiga. Di gedung inilah tempat para santri menginap, juga ada bengkel yang meliputi bengkel, motor, dan las.

Disediakan pula lahan pertanian dan peternakan ikan, bebek, dan kambing. Dengan fasilitas ini, maka para santri bisa memelajari ilmu pertanian dan peternakan. Rata- rata para santri tak hanya giat menimba ilmu agama, tapi juga bekal untuk hidup berupa kemampuan bertani dan beternak.

Hadrotussyekh Kyai Ahmad Badjuri ,dalam menyampaikan pendidikan kepada putra-putri dan santrinya dengan system sorogan ( di bacakan dan ditirukan ) bila ada yang salah beliau menegur ,bahkan membenarkanya jika perlu .sebagai tingkat dasar materi yang mula –mula beliau sampaikan adalah membaca Al-Quran , Al Barjanji, Bidayatul Hidayah dan Aqoid lima puluh, setelah pelajaran itu di kuasai baru di tingkatkan kepada pelajaran lain yang lebih tinggi .sampai akhir nya terbentuk Madrasah Diniyah, selain mengajar kepada santri-santri, beliau juga bertablegh kepada masarakat, bahkan beliau sering memberi ceramah atau pengajian kepada jam’iyah Thoriqoh .

Dalam memperjuangkan Agama Allah hi’mah Hadrotussyekh sangat tinggi ,derasnya godaan ,susahnya ekonomi dan adanya cobaan dari luar maupun dari dalam ,tidak menjadi halangan untuk memperjuangkan Agama Allah .Bahkan pada waktu itu rumah beliau masih berupa rumah bambu yang jauh dari standar walaupun demikian tidak.mengurangi semangat juang beliau .

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan , Teknologi dan Informasi yang semakin meglobal, dan untuk ikut berperan didalamnya, Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren “ MA’DINUL ‘ULUM “ Campurdarat memandang perlu untuk ikut berperan aktif dalam membentuk mental generasi bangsa dimasa mendatang yang Berakhlaq, berbudi luhur dan memiliki mental yang baik serta berpengetahuan luas . Guna mewujudkan peran aktif tersebut diatas YPI Pondok Pesantren “ MA’DINUL ‘ULUM “ dengan Akte Notaris Masjkur ,SH No 7 Tgl 4 Juni 1991 Yang didirikan Hadratus Syeh KH.Ahmad Bajuri mulai Tahun 1968 di Campurdarat mempunyai beberapa kegiatan antara lain :

  1. Pendidikan Formal Taman Kanak – Kanak + PLUS
  2. Madrasah Ibtida’iyah ( MI ) PLUS +
  3. Madrasah Diniyah Awaliyah
  4. Madrasah Diniyah Wustho ( Tsanawiyah )
  5. Madrasah Diniyah Aliyah
  6. Kejar Paket B dan C Kerjasama dengan Dinas Pendidikan serta Departemen agama
  7. Pengajian Kitab – Kitab Kuning ( Salafiyah )
  8. Hafidh Al – Qur’an
  9. Pendidikan Ektra ( Ketrampilan ; Komputer, Bhs Inggris, Arab, menjahit, Merias )
  10. Pertukangan,Memasak, Elektro, Kerajinan marmer).
  11. Koperasi ( Warung / kantin Pondok Pesantren )
  12. Sosial( Informasi Komunikasi,Dakwah,Pengabdian Masyarakat ( Radio Komunitas Pesantren MA”DINUL”ULUM” ( MADU FM dengan 8 Jaringannya tersebar di Trenggalek, Ponorogo, Kediri, Blitar)
  13. WARNET MA’DINUL’ULUM
  14. Pelayanan Kesehatan Pondok Pesantren
  15. Kegiatan Ektra Olah raga ( Pencak Silat, tenaga dalam )
  16. Pelatihan Pertanian ( pengiriman santri ke LN , Tugas Belajar di Japan ) kerjasama dinas pertanian dengan pondok pesantren ma’dinululum

Karena tuntutan masyarakat luas yang sudah pulang kerumah dan tetap bersemangat untuk mendengarkan dan mengaji kepada beliau meskipun dari rumah seperti alumni-alumni daerah Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Kediri sehingga pengajian beliau di siarkan juga lewat media elektronika ( RADIO Pesantren MA”DINUL”ULUM FM /MADU )

Penandaan Gedung Media Pesantren MADU
Penandaan Gedung Media Pesantren MADU

 

PT. RADIO MADINULULUM MEDIA SENTRAL FM ( MDSFM 91,3 MHZ ) serta  PT. MADINULULUM TELEVISI MEDIA UMAT ( MADUTV NUSANTARA ) Yang di kelola putra bungsu beliau Agus Ali Masjkur Badjuri.ST

Kitab – Kitab yang di kaji tiap hari ( Ba’da Subuh dan ‘Asar )

  1. Kitab Minhajul Abidin
  2. Kitab Akhlakussaf Sholeh
  3. Kitab. Nashoihud Diniyah
  4. Kitab Qisrotul Mi’rot
  5. Kitab Arwahul Mauta
  6. Kitab Dalail Khoirot
  7. Kitab Maudhotul Mu’min
  8. Tafsir Jalalain

 

Sumber: MADU TV

×