Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

Menyadari Luka Emosi melalui Bimbingan Klasikal dengan Teknik Butterfly Hug dan Filosofi Kertas pada Siswa SMP

Penulis : Shafa Rahmadiena Maulany, S.Pd., Gr.

Masa remaja awal, terutama di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), merupakan fase perkembangan yang penuh dengan tantangan psikologis. Hal tersebut sejalan dengan penuturan Setiawati & Rakhmawati (2021) dimana siswa kelas 7 mengalami berbagai perubahan, baik fisik, kognitif, maupun emosional, yang kerap menimbulkan kebingungan dan stres. Adapun lingkungan baru, tekanan akademik, konflik sosial, serta tuntutan dari keluarga dan guru dapat memicu ketidakstabilan emosi. Jika tidak dikelola, maka hal tersebut berdampak pada penurunan prestasi, konflik antar teman, dan gangguan kesehatan mental ringan hingga berat (Putri & Pratama, 2020).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa SMP kelas 7 kerap mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Mereka cenderung melampiaskan emosi secara impulsif, seperti membanting barang hingga kurang dapat mengontrol perkataan dalam lingkungan sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sering kali tidak memahami bahwa ledakan emosi dapat menyakiti perasaan orang lain. Seperti filosofi kertas yang diremas, saat seseorang marah dan melukai orang lain, walaupun telah dimaafkan, “bekas luka” atau trauma tetap tertinggal (Iskandar & Sari, 2021).

Adanya kondisi tersebut memerlukan pendekatan edukatif dan reflektif dalam membantu siswa memahami dan mengelola emosinya. Idealnya, siswa memiliki kemampuan dasar dalam emotional regulation, yaitu mengenali, memahami, dan mengelola emosinya secara sehat. Mereka perlu dibekali kesadaran bahwa kemarahan adalah hal manusiawi, namun cara mengekspresikannya harus bijak dan tidak merugikan diri maupun orang lain. Sekolah sebagai ekosistem pendidikan semestinya menyediakan ruang aman bagi siswa untuk belajar tentang emosi, empati, dan pengelolaannya secara sistematis (Wulandari & Novita, 2020).

Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah layanan bimbingan klasikal yang menggabungkan teknik relaksasi dan refleksi emosional, seperti butterfly hug dan filosofi kertas yang diremas. butterfly hug merupakan teknik stimulasi bilateral yang dikembangkan dalam pendekatan EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing). Teknik tersebut melibatkan gerakan menyilangkan tangan di dada dan mengetuk secara ritmis, memberikan efek menenangkan sistem saraf (Gomez, dkk, 2018). Dalam bimbingan klasikal, guru BK membimbing siswa untuk melakukan butterfly hug saat merasa marah, sambil memvisualisasikan hal-hal yang menenangkan. Teknik tersebut terbukti efektif meningkatkan rasa aman dalam diri siswa (Rahmawati & Utami, 2021).

Selain itu dalam sesi tersebut, siswa diberikan selembar kertas polos yang kemudian diminta untuk diremas sekeras mungkin, lalu diluruskan kembali. Saat mereka melihat bekas kusutnya, guru BK menjelaskan bahwa kemarahan yang diluapkan tanpa kontrol bisa meninggalkan luka yang sulit pulih pada orang lain, meskipun permintaan maaf sudah diucapkan. Metafora sederhana tersebut membekas dalam benak siswa, sehingga dapat mendorong kesadaran emosional (Nugraheni & Wahyuni, 2020).

Siswa adalah aktor utama dalam pengelolaan emosinya. Mereka perlu dilatih untuk menyadari perasaannya sendiri, mengenali tanda-tanda stres, dan mau menggunakan teknik coping seperti butterfly hug secara mandiri. Komitmen dan keterbukaan dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menjadi modal penting bagi keberhasilan program tersebut (Putri & Pratama, 2020).

Sedangkan, guru BK berperan sebagai fasilitator sekaligus pendamping emosional siswa. Melalui layanan klasikal yang terstruktur, guru BK membantu siswa memahami konsep emosi, melatih teknik relaksasi, dan menciptakan ruang diskusi yang aman. Selain itu, guru BK juga menjadi penghubung antara siswa, wali kelas, dan orang tua dalam mengatasi masalah psikologis siswa secara kolaboratif (Handayani & Maulana, 2022).

Selanjutnya, dukungan orang tua sangat penting agar strategi pengelolaan emosi yang dipelajari siswa di sekolah dapat terus dilatih di rumah. Orang tua bisa memberi ruang komunikasi terbuka, menunjukkan empati, serta ikut mempraktikkan teknik relaksasi sederhana bersama anak. Kolaborasi yang harmonis antara sekolah dan rumah akan memperkuat ketahanan emosi siswa (Yuliana & Handayani, 2022).

Layanan bimbingan klasikal yang memadukan butterfly hug dan filosofi kertas yang diremas merupakan jembatan untuk membangun kesadaran emosional, empati, dan ketenangan batin siswa. Keberhasilan layanan tersebut bergantung pada sinergi antara siswa yang aktif, guru BK yang kompeten, dan orang tua yang suportif. Di tengah tekanan yang semakin kompleks, pendekatan sederhana dan menyentuh seperti ini mampu menghadirkan ruang pemulihan psikologis yang dibutuhkan siswa SMP.

Daftar Rujukan:

Gomez, J. M., dkk. (2018). Bilateral Stimulation as Active Ingredient in EMDR: A Review of Current Literature. Journal of EMDR Practice and Research, 12(4), 202–210.

Handayani, N., & Maulana, F. (2022). Efektivitas Bimbingan Klasikal dalam Menurunkan Stres Akademik Siswa SMP. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 7(1), 44–52.

Iskandar, M., & Sari, R. (2021). Filosofi Kertas dalam Membangun Empati Siswa melalui Layanan Bimbingan Klasikal. Prosiding Seminar Nasional BK, 3(1), 88–94.

Nugraheni, N., & Wahyuni, L. (2020). Strategi Meningkatkan Kesadaran Emosi Siswa SMP Melalui Pendekatan Reflektif. Jurnal Pendidikan Karakter, 10(2), 132–141.

Putri, H., & Pratama, R. (2020). Kesehatan Mental Remaja dan Peran Sekolah dalam Pencegahannya. Jurnal Psikologi Remaja, 5(1), 67–75.

Rahmawati, E., & Utami, P. (2021). Efektivitas Teknik Butterfly Hug untuk Mengatasi Kecemasan Siswa. Jurnal Psikologi Pendidikan, 10(2), 122–130.

Setiawati, D., & Rakhmawati, I. (2021). Tantangan Emosi pada Remaja Awal: Tinjauan dari Aspek Psikologi Perkembangan. Jurnal Ilmu Pendidikan Remaja, 6(3), 51–60.

Wulandari, M., & Novita, A. (2020). Sekolah sebagai Lingkungan Penguat Kecerdasan Emosional Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Holistik, 8(1), 25–34.

Yuliana, R., & Handayani, L. (2022). Pemetaan Tingkat Stres Siswa SMP dan Strategi Penanganannya. Jurnal Konseling dan Psikologi Pendidikan, 6(1), 75–83.