Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

Merayakan Bumi Kita: Aksi Nyata untuk Masa Depan yang Lestari

Penulis : Nindy Silvia Melyasari, M.Pd. 

Setiap tanggal 22 April, dunia serentak merayakan Hari Bumi, yakni sebuah momentum global untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang kita tinggali. Lebih dari sekadar perayaan simbolis, Hari Bumi adalah panggilan untuk bertindak, sebuah pengingat bahwa kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang tak bisa ditunda. Di tengah tantangan perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati, semangat Hari Bumi menjadi semakin relevan dan mendesak.

Sejarah Hari Bumi berakar pada keprihatinan Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson, terhadap kerusakan lingkungan akibat industrialisasi. Terinspirasi oleh gerakan anti-perang, ia menggagas demonstrasi lingkungan besar-besaran yang melibatkan jutaan orang pada tanggal 22 April 1970. Aksi ini kemudian dikenal sebagai Hari Bumi pertama dan menjadi katalisator bagi lahirnya undang-undang perlindungan lingkungan serta berdirinya Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA).

Sejak saat itu, Hari Bumi terus berkembang menjadi gerakan global yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari individu, komunitas, organisasi non-pemerintah, hingga pemerintah dan sektor swasta. Setiap tahunnya, berbagai kegiatan digelar untuk mengedukasi, menginspirasi, dan menggerakkan aksi nyata. Mulai dari penanaman pohon, kampanye kebersihan, diskusi lingkungan, pameran produk ramah lingkungan, hingga aksi protes damai menuntut kebijakan yang lebih berpihak pada alam.

Tema Hari Bumi setiap tahunnya pun beragam, namun selalu berfokus pada isu-isu krusial yang dihadapi planet yang satu satunya dapat dihuni manusia ini. Tema-tema seperti perlindungan keanekaragaman hayati, pengurangan sampah plastik, transisi energi bersih, dan mitigasi perubahan iklim menjadi fokus utama dalam berbagai kegiatan dan kampanye. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu ini dan mendorong tindakan kolektif untuk mencari solusi.

Di Tulungagung, Jawa Timur, semangat Hari Bumi juga terasa di SMP Islam KH Ahmad Badjuri, Campurdarat. Sekolah yang baru berdiri pada tahun pertama ini tak kalah semangatnya dengan sekolah-sekolah lain yang telah menerima gelar adiwiyata. Berbagai inisiatif kegiatan yang membantu bumi semakin lestari mulai muncul pada kegiatan siswa dan siswinya, seperti aksi bersih-bersih lingkungan sekolah dan pondok, penanaman bibit pohon, edukasi tentang pengelolaan sampah yang benar, upaya penghematan energy, dan kegiatan lainnya yang mendukung. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup di wilayah yang kaya akan potensi alam ini semakin tumbuh, didorong oleh pengalaman langsung akan dampak buruk kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor dan pemanasan global.

Namun, perayaan Hari Bumi tidak boleh berhenti hanya pada tanggal 22 April saja. Semangatnya harus terus membara dalam tindakan kita sehari-hari. Memilih produk yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menghemat energi dan air, mendukung pertanian lokal yang berkelanjutan, serta berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan. Lebih dari itu, kita juga perlu menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar kita, menginspirasi orang lain untuk turut peduli dan bertindak.

Hari Bumi adalah momentum untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan alam. Bumi adalah rumah kita satu-satunya, sumber kehidupan yang tak ternilai harganya. Dengan merayakan Hari Bumi, kita menegaskan komitmen kita untuk menjaga dan melestarikannya demi generasi sekarang dan yang akan datang. Mari jadikan setiap hari sebagai Hari Bumi, dengan tindakan nyata yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih hijau dan lestari.

Salam dan semangat generasi hijau gemilang.