Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

PEMBIASAAN ZIARAH MAKAM MBAH BUYUT MUNDZIR : KH. AHMAD BADJURI DAN BUNYAI HJ. SITI NAMLAH (BIN SHOLEH) DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS DI SMP ISLAM KH. AHMAD BADJURI

Penulis : Muhammad Syauqi Denal Muzny. S.E.

Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kehidupan manusia, karena dapat berfungsi sebagai wadah untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul dan kompeten serta dapat berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana dijelaskan oleh Kompri dalam bukunya tentang Manajemen Pendidikan, pendidikan berperan dalam membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik, berkaitan dengan peningkatan derajat kemanusiaan, supaya dapat mencapai tujuan hidup. Selain itu, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan budi pekerti, pikiran dan fisik anak, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yaitu hidup, serta menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.  Oleh sebab itu, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus dilakukan melalui proses pendidikan.

Pada hakikatnya, pendidikan tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, melainkan sebagai proses dalam membentuk karakter siswa. Tujuan pendidikan dalam konteks ini yaitu untuk mengembangkan potensi diri yang mencakup aspek spiritual keagamaan, kemampuan mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, serta akhlak mulia. Sebagaimana makna pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, pendidikan diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar serta proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif dalam mengembangkan potensi dirinya. Hal tersebut bertujuan supaya mereka memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhksn bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam misi pembangunan nasional yang memposisikan pendidikan karakter sebagai prioritas utama dari delapan misi untuk mewujudkan visi pembangunan nasional. Sebagaimana termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (UU RI Nomor 17 Tahun 2007) bahwa terwujudnya karakter bangsa yang kuat, kompetitif, berakhlak mulia, serta bermoral sesuai dengan nilai Pancasila. Tercermin melalui sikap serta perilaku beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki berbudi luhur, bertoleran, semangat gotong royong, jiwa patriotisme, serta mampu berkembang secara aktif dengan berorientasi Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembentukan karakter religius di lingkungan siswa sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah penting dilakukan dalam pendidikan Indonesia karena karakter religius adalah salah satu aspek kepribadian pada seseorang yang pernting untuk dibina guna mencegah terjadinya penurunan moral sebagai akibat dari pengaruh globalisasi. Pendidikan karakter religus bertujuan mengembangkan aspek mental, moral, spiritual, personal, dan sosial siswa supaya selaras dengan nilai-nilai ajaran islam. Karakter religius sendiri mencerminkan sikap keimanan, ketakwaan, kejujuran, rasa hormat, dan kepedulian terhadap sesama.

Salah satu pendekatan yang efektif dalam membentuk karakter religius adalah dengan menggunakan metode pembiasaan ziarah makam. Ziarah makam merupakan aktivitas keagamaan yang mempunyai nilai edukatif, di antaranya mengajarkan kepada siswa untuk merenungkan kehidupan setelah meninggal, menumbuhkan rasa empati, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya berdoa dan menghormati orang yang sudah meninggal. Ziarah makam merupakan kegiatan mendatangi pemakaman dengan tujuan mendoakan orang yang telah wafat dengan mengharapkan keberkahan, serta untuk mengingat kematian dan sebagai perantara dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.10 Kegiatan ziarah makam dapat dianggap sebagai tradisi yang telah melekat di sepanjang sejarah umat manusia. Artinya, kegiatan ziarah makam sudah dilakukan sejak masa Nabi Muhammad SAW. Kegiatan tersebut memiliki peran dalam membentuk karakter religius pada diri siswa.

Pembiasaan merupakan kecenderungan yang stabil dan bertahan lama serta dapat diterapkan pada berbagai bidang. Meskipun stabil namun habitus bersifat fleksibel dan dapat berubah sesuai lingkungannya. Proses tersebut akan menjadi rutinitas (habit) serta kemampuan (ability), yang pada akhirnya menjadi kebiasaan pribadi (personal habits) yang terwujud dalam tindakan keseharian. Dalam konteks pendidikan, pembiasaan adalah metode yang digunakan untuk membentuk prinsip tertentu kepada siswa melalui praktik yang dilakukan secara konsisten serta berkelanjutan.

Pembiasaan ziarah makam di SMP Islam KH. Ahmad Badjuri telah dijalankan dengan baik sebagai salah satu strategi pembentukan karakter religius siswa. Kegiatan ziarah makam Mbah Buyut Mundzir : KH. Ahmad Badjuri dan Bunyai HJ. Siti Namlah sejalan dengan konsep dari pendidikan karakter yang menerapkan pembelajaran aktif melalui pengalaman langsung dan internalisasi nilai-nilai religius dalam lingkungan sosial budaya. Dalam pelaksanaannya menunjukkan adanya perencanaan yang cukup matang, dimulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak Yayasan KH. Ahmad Badjuri sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan program pendidikan karakter religiusnya melalui kegiatan ziarah, dengan tujuan untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas dalam hal akademis tetapi juga memiliki karakter religius yang kuat.

Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan ziarah makam Mbah Buyut Mundzir : KH. Ahmad Badjuri dan Bunyai HJ. Siti Namlah, seperti kepala SMP Islam KH. Ahmad Badjuri, Guru, Siswa Kelas VII, komite dan pengurus Yayasan KH. Ahmad Badjuri  mencerminkan pendekatan yang kolaboratif dalam pendidikan karakter. Kepala SMP Islam KH. Ahmad Badjuri berperan sebagai pengarah dan motivator, guru bertugas dalam membimbing siswa selama kegiatan. Seluruh siswa dilibatkan sehingga mereka dapat belajar dan berbagi pengalaman, sementara komite dan pengurus Yayasan KH. Ahmad Badjuri memberi dukungan moral dan logistik yang menunjukkan bahwa kegiatan ini bukan hanya tanggug jawab satu pihak saja, tetapi merupakan usaha bersama. Dalam pendekatan tersebut, semua elemen madrasah berperan aktif, sehingga menciptakan sinergi serta penguatan terhadap nilai-nilai yang akan ditanamkan pada siswa. Dengan demikian, kegiatan ziarah makam menjadi sarana untuk memperkuat rasa kebersamaan dan saling mendukung dalam pembentukan karakter religius siswa.

Berdasarkan penelitian dalam pendidikan Islam, metode pembiasaan (ta‟wid) merupakan salah satu metode utama dalam pembentukan karakter yang diperkenalkan oleh Imam Al-Ghazali. Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, baik buruknya seseorang di masa depan akan ditentukan oleh kebiasaan yang dialaminya ketika masih usia dini, serta kebiasaan yang dilakukan secara berulang dan konsisten akan membentuk karakter secara permanen. Metode pembiasaan memiliki fungsi untuk membentuk kebiasaan yang baik pada anak serta menghindari perilaku yang bersifat negatif. Pembiasaan yang dilakukan dengan konsisten akan membentuk pola pikir serta perilaku yang baik pada anak, pada akhirnya akan menciptakan individu yang memiliki akhlak mulia, disiplin, dan memiliki rasa tanggung jawab. Oleh karena itu, pembiasaan yang dilakukan akan membentuk karakter anak secara permanen.

Dalam konteks ziarah makam, proses pembiasaan ini dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu dimensi ritual, yang mencakup tata cara ziarah, pembacaan doa, serta penghormatan pada orang yang telah meninggal sebagai bagian dari adab ziarah dalam Islam. Melalui praktik ini, siswa merasakan makna dari setiap tindakan yang mereka lakukan, sehingga dapat menginternalisasikan nilai-nilai religius dalam kegiatan sehari-hari. Kemudian yang kedua, dimensi reflektif yang berkaitan dengan perenungan mendalam tentang kematian, kehidupan setelah meninggal, serta evaluasi diri (muhasabah). Melalui kedua dimensi tersebut, mengajarkan mereka untuk menghargai kehidupan, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah meninggal

Dalam sudut pandang sosial, pembiasaan ziarah makam dapat membentuk sikap kebersamaan dan gotong royong antara siswa, guru, serta seluruh warga Yayasan. Kegiatan ini menjadi sarana pembelajaran sekaligus sebagai sarana untuk memperkuat rasa solidaritas serta kepedulian sosial. Siswa belajar untuk saling menghormati, bekerja sama, serta menghargai peran para pendahulu yang telah berjasa dalam perkembangan pendidikan dan agama di Yayasan, desa, bahkan bangsa dan negara.

Selain itu, program pembiasaan ziarah makam juga berkontribusi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Melalui beberapa tahapan dari tahap persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi, siswa dilatih untuk tetap mengikuti aturan, menjalankan tata tertib yang ada, serta memahami pentingnya peraturan dalam kehidupan beragama. Kedisplinan tersebut dapat terlihat dalam tindakan sehari-hari mereka di madrasah, di lingkungan keluarga, maupun di tengah masyarakat. Hal tersebut selaras dengan temuan penelitian di Pondok Pesantren KH. Ahmad Badjuri Campurdarat Tulungagung yang menunjukkan bahwa kegiatan ziarah makam yang dilakukan secara rutin mampu membentuk karakter disiplin santri, karena dalam pelaksanaannya santri diajarkan untuk mematuhi aturan, menjaga ketertiban, serta menjalankan kegiatan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Sikap hormat dan sopan santun termasuk dalam karakter yang terbentuk melalui kegiatan ziarah. Dalam setiap kunjungan ke makam, siswa diajarkan untuk menghormati orang yang telah meninggal dunia dengan mengirimkan doa serta menjaga adab di area pemakaman. Kebiasaan tersebut membentuk karakter mereka supaya lebih sopan dan santun dalam berinteraksi, baik dengan guru, orang tua, maupun masyarakat sekitar. Bukan hanya berlaku pada kegiatan ziarah, tetapi juga tercermin dalam perilaku keseharian mereka di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.

Menurut Kepala SMP Islam KH. Ahmad Badjuri dalam wawancara yang terlampir, kegiatan ziarah makam memiliki peran penting dalam membentuk karakter religius siswa. Ketika siswa berziarah, mereka belajar untuk mengingat kematian, yang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran mereka bahwa ada kehidupan setelah meninggal. Bahkan beberapa siswa menunjukkan respon emosional yang mendalam, seperti menitikkan air mata saat berdoa di makam keluarga mereka. Kegiatan ini tidak hanya mengunjungi makam pendiri Yayasan dan tokoh di desa, tetapi juga makam keluarga mereka sendiri, sehingga semakin memperkuat kesadaran spiritual siswa.

Guru Pj juga menambahkan bahwa kegiatan ziarah makam membantu siswa memahami bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara. Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan beribadah dengan lebih baik supaya hidup mereka tidak siasia. Selain itu, kegiatan ini juga mengajarkan kepada siswa untuk lebih menghormati orang tua mereka, guru-guru, teman-temannya, dan kepada masyarakat di sekitarnya.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ziarah makam yang dilakukan di Yayasan KH. Ahmad Badjuri tersebut bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga menjadi sarana pendidikan yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai keislaman dan pembentukan karakter religius siswa. Dalam pelaksanaannya, siswa dibiasakan untuk mengenakan pakaian yang mencerminkan kesopanan dan nilai religius, seperti baju putih, sarung, dan baju koko bagi laki-laki. Sebelum kegiatan dimulai, siswa dibekali dengan buku tahlil sebagai panduan dalam membaca doa dan dzikir, yang kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dan pembacaan tahlil. Rangkaian kegiatan ini tidak hanya melatih siswa dalam pelafalan doa, tetapi juga mengajarkan mereka untuk senantiasa mengingat Allah SWT dan mendoakan orang-orang yang telah meninggal sebagai bentuk amal jariyah dan penghormatan terhadap leluhur.

Melalui pembiasaan ini, karakter religius siswa terbentuk secara bertahap. Siswa menunjukkan perubahan positif dalam hal kedisiplinan beribadah, peningkatan akhlak seperti sikap hormat terhadap guru, orang tua, dan sesama, serta tumbuhnya kesadaran spiritual yang lebih mendalam. Kegiatan ziarah juga memperkuat nilai-nilai sosial seperti kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Referensi

Abdul Hamid Wahid. (2020). Pemikiran Imam Al-Ghazali dalam pendidikan karakter anak usia dini. Jurnal Pendidikan Islam, 5(2).

Abdurrahman Misno BP. 2020. Mari Ziarah Kubur. Indramayu: CV. Adanu Abimata.

Abdurrahman Misno Bp. MARI ZIARAH KUBUR. (2021). (n.p.): Penerbit Adab.

al-Amami, Moh Faiz Zein. “Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Ziarah Wali di MTs Ma’arif Pulung.” Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019.

Mirdad, J., Helmina, H., & Asmizal, I. (2022). Tradisi Ziarah Kubur: Motif dan Aktivitas Peziarah di Makam yang Dikeramatkan. Khazanah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, 12(1).

Mohamad Winoto & Amaliyah. 2022. Kitab Mahkota Ziaroh. Purwokerto: CV. Pena Persada

Muallif. (2022). Pengertian Ziarah Kubur, Dasar Hukum, Adab dan Hikmah Ziarah Kubur. Universitas Islam An Nur Lampung. Diakses pada 15 November 2024.

Mufaizah, Lily. (2024). Penguatan Karakter Disiplin Melalui Pembiasaan Ziarah Kubur di Pondok Pesantren Lingkungan Hidup Al-Ihya Pandeglang.

Prihatmojo, A., & Badawi, B. (2020). Pendidikan karakter di sekolah dasar mencegah degradasi moral di era 4.0. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 4(1)

Rabbani, Mutmainah Afra. (2014). Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita. Jakarta: Dan Idea

Rahayu, R., & Rindriyani, S, R (2025). Menguji Keabsahan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol 3 No 2.

Rusdiansyah, Ahmad Khanif & M. Ali Anwar. (2020). Pelaksanaan Program Ziarah Kubur Dalam Penguatan Sikap Spiritual Santri (Studi Kualitatif Di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebangsari Senggowar Gondang Nganjuk). Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Vol 6, No.2