Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

KH.Ahmad Badjuri saat haji tahun 1992

Menyambut Keutamaan Bulan Dzulhijjah: Nilai Sufi Islam yang Mencerminkan Pengabdian Tinggi

Menyambut Keutamaan Bulan Dzulhijjah: Nilai Sufi Islam yang Mencerminkan Pengabdian Tinggi

Bulan Dzulhijjah, salah satu dari empat bulan mulia dalam Islam, kembali menghadirkan serangkaian ibadah yang memperkaya nilai-nilai sufi Islam. Dalam tradisi agama Islam, bulan ini tidak hanya dianggap istimewa karena terdapat anjuran khusus untuk beribadah, tetapi juga karena nilai-nilai pengabdian yang tercermin dalam ajaran sufi.

Sebagaimana disampaikan dalam hadis Nabi Muhammad saw, ibadah di 10 hari pertama Dzulhijjah dianggap lebih mulia daripada jihad fi sabilillah, kecuali bagi mereka yang berangkat dengan jiwa dan harta namun tidak kembali dengan keduanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah dan pengabdian dalam Islam, terutama di periode yang dianggap istimewa seperti 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Salah satu praktik ibadah yang dianjurkan adalah melaksanakan kurban dan shalat Idul Adha. Namun, lebih dari itu, dianjurkan juga untuk memperbanyak ibadah sunnah seperti puasa dan zikir. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa zikir di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah disunnahkan, terutama dalam hari Arafah.

Pandangan Imam Nawawi ini didasarkan pada Al-Qur’an surat al-An’am ayat 28 yang menyebutkan tentang menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. Ini diartikan sebagai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah oleh Imam Nawawi, Ibnu Abbas, As-Syafi’i, dan mayoritas ulama lainnya. Nabi Muhammad saw juga menganjurkan untuk memperbanyak zikir di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama tahlil, takbir, dan tahmid.

Selain zikir, umat Islam juga dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi menunjukkan bahwa puasa di hari pertama bulan Dzulhijjah setara dengan satu tahun berpuasa sunnah, sementara shalat malam pada hari-hari tersebut memiliki pahala yang lebih besar, bahkan setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.

Dengan demikian, umat Islam diharapkan untuk memanfaatkan keutamaan dan keistimewaan ibadah di 10 hari pertama Dzulhijjah sebagai bentuk pengamalan ajaran agama Islam yang mendalam dan menunjukkan pengabdian yang tinggi kepada Allah SWT. Nilai-nilai sufi yang mendorong untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Allah juga menjadi landasan kuat dalam menjalani ibadah selama bulan yang penuh berkah ini.

pendidikan siswa

“Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum: Instrumen Pembentukan Karakter dan Moralitas di Pesantren”

Dalam pondok pesantren, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum tidak hanya dipandang sebagai sekadar karya sastra, tetapi juga sebagai instrumen pembentukan karakter dan moralitas. Melalui penjelasan yang mendalam tentang hakikat ilmu, niat ketika belajar, dan pemilihan ilmu serta guru yang tepat, kitab ini menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan kuat bagi pengembangan diri para santri.

Kitab ini menyoroti pentingnya menghormati ilmu dan ahlinya, mengajarkan sikap sungguh-sungguh, tekun, dan semangat dalam menuntut ilmu, serta mengingatkan akan nilai tawakal kepada Allah dalam segala usaha. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya terfokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga pada aspek spiritual dan moral yang tak kalah pentingnya.

Imam al-Zarnûji dengan bijak merangkai metode belajar yang berkesinambungan, dimulai dari tahap awal hingga pada tahap pemantapan pengetahuan. Di samping itu, beliau juga mengingatkan akan pentingnya memperkuat hafalan dan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan lupa dalam proses pembelajaran.

Selain menekankan pada aspek individual, kitab ini juga membahas tentang hubungan antara pembelajar dengan lingkungan sekitarnya. Nasihat-nasihat bijak Imam al-Zarnûji mengenai pemilihan teman yang baik, menghormati guru, dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu fokus belajar menjadi pedoman yang berharga bagi para santri dalam membangun lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Dengan penekanan pada nilai-nilai seperti kasih sayang, nasihat, dan sikap wara’, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum juga mengajarkan pentingnya berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Pesan-pesan moral dan etika yang disampaikan melalui kitab ini tidak hanya berlaku di lingkungan pesantren, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karya Imam al-Zarnûji ini bukan sekadar kumpulan aturan dan nasihat, tetapi juga sebuah perjalanan menuju kesempurnaan diri. Dengan mengikuti petunjuk yang terdapat dalam kitab ini, para santri diharapkan mampu menjadi individu yang cerdas, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi dalam menjalani kehidupan mereka.

Dalam konteks pendidikan di pondok pesantren, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum menjadi salah satu pilar utama yang membentuk identitas dan karakter pesantren itu sendiri. Melalui pembelajaran etika dan tata cara menuntut ilmu yang terkandung di dalamnya, kitab ini memberikan kontribusi yang besar dalam menjaga tradisi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya menghasilkan ilmuwan yang cakap, tetapi juga manusia-manusia berkarakter mulia.

×