Penulis : Shafa Rahmadiena Maulany, S.Pd.
Burnout akademik merupakan kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang dialami oleh siswa karena beban akademik yang berlebihan (Utami & Sucipto, 2024). Fenomena tersebut semakin banyak terjadi pada siswa SMP seiring dengan meningkatnya tekanan yang mereka hadapi. Beberapa faktor yang menyebabkan burnout akademik pada siswa SMP, di antaranya:
- Padatnya Jadwal Pelajaran, Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa SMP harus mengikuti jadwal pelajaran yang padat, sehingga seringkali hanya sedikit waktu untuk istirahat atau menghibur diri. Penelitian yang dilakukan oleh Utami & Sucipto (2024) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki beban pelajaran yang berlebihan lebih cenderung mengalami burnout. Mereka merasa kewalahan dengan tugas yang menumpuk dan tenggat waktu yang semakin dekat.
- Tuntutan Kegiatan di Luar Jam Sekolah (Ekstrakurikuler), Selain pelajaran wajib, siswa SMP juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan keagamaan maupun olahraga. Keterlibatan dalam banyak aktivitas ini, meskipun bermanfaat, dapat menyebabkan siswa merasa kelelahan, terutama jika kegiatan tersebut berlangsung setelah jam pelajaran. Menurut Rahmi (2024), kegiatan yang terlalu banyak bisa memperburuk kondisi burnout pada siswa
- Tekanan dari Orang Tua dan Lingkungan, Harapan tinggi dari orang tua dan tekanan untuk berprestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik, juga dapat memperburuk situasi. Siswa seringkali merasa harus memenuhi ekspektasi orang tua, sehingga mereka dituntut untuk dapat menyeimbangkan akademik maupun non-akademiknya.
Burnout akademik ini memberikan dampak buruk terhadap kesejahteraan psikologis siswa, yang akhirnya memengaruhi prestasi akademik dan perkembangan pribadi mereka. Siswa yang mengalami burnout akan merasa tidak termotivasi dan kesulitan berkonsentrasi, sehingga menyebabkan penurunan kualitas belajar, bahkan pada mata pelajaran yang sebelumnya mereka kuasai. Selain itu, siswa yang mengalami burnout berisiko tinggi mengalami kecemasan karena merasa terjebak dalam rutinitas yang menekan dan sulit untuk merasa bahagia atau puas dengan pencapaian mereka. Mereka juga akan menunjukkan perubahan dalam perilaku sosial (misalnya menjadi lebih mudah marah), dimana kondisi demikian dapat merusak hubungan sosial yang penting untuk perkembangan pribadi mereka.
Menyikapi hal tersebut, guru maupun orang tua dapat mengambil langkah berikut sebagai solusi:
- Mengatur Jadwal yang Seimbang, Sekolah perlu merancang jadwal pelajaran yang mempertimbangkan keseimbangan antara waktu belajar dan waktu istirahat. Memberikan waktu yang cukup untuk istirahat dapat menjaga energi dan motivasi mereka untuk tetap belajar. Dengan demikian, beban akademik dapat dikelola dengan lebih baik tanpa menyebabkan kelelahan yang berlebihan (Rahmi, 2024).
- Membatasi Kegiatan Ekstrakurikuler, Sekolah dan orang tua perlu memastikan bahwa siswa tidak terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini memang penting untuk pengembangan diri, tetapi jika terlalu banyak dapat menyebabkan kelelahan mental dan fisik. Menyusun prioritas yang jelas untuk kegiatan ekstrakurikuler yang benar-benar bermanfaat (worth it untuk siswa) akan membantu siswa menghindari kelelahan (Rahmi, 2024).
- Memberikan Dukungan Psikologis yang Tepat, Dukungan emosional dari orang tua dan sekolah sangat penting dalam mengurangi burnout akademik. Sekolah dapat menyediakan layanan bimbingan maupun konseling bagi siswa yang merasa tertekan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu melalui penyediaan ruang dalam mengekpresikan diri melalui media musik. Musik dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan diri secara bebas. Bernyanyi dengan penuh perasaan dapat membantu mereka melepaskan ketegangan dan emosi yang terkumpul akibat burnout akademik. Proses ini dapat meningkatkan rasa lega dan mengurangi kecemasan. Selain itu, musik secara umum memiliki kemampuan untuk meningkatkan mood dan memberikan perasaan bahagia. Terlebih lagi, ketika siswa bernyanyi lagu yang mereka sukai. Hal tersebut dapat memberikan dorongan emosional yang positif. Bernyanyi juga dapat meningkatkan produksi endorfin, yang dikenal sebagai “hormon kebahagiaan”, yang pada gilirannya dapat meredakan perasaan tertekan (Sahira, 2023).
Burnout akademik pada siswa SMP merupakan masalah yang dapat berdampak pada prestasi akademik dan kesehatan mental siswa secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kesejahteraan siswa. Dengan merancang jadwal yang lebih seimbang, memberikan dukungan emosional yang kuat, termasuk menyediakan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri, kita dapat membantu siswa meredakan burnout dan mencapai potensi terbaik mereka tanpa mengorbankan kesehatan mental.
Daftar Rujukan:
Rahmi, Nurindriani. (2024). Academic Burnout pada Siswa di SMPN 1 Tompobulu. Journal of School Counseling: Theory, Application, and Development. Dari: https://eprints.unm.ac.id/36032/1/IJOSC-Nurindriani%20Rahmi.pdf.
Sahira, Winda Syifa. (2023). Rayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia dengan Aktivitas Seni Sederhana. Liputan 6 [10 Oktober 2023]. Dari: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5376900/rayakan-hari-kesehatan-mental-sedunia-dengan-aktivitas-seni-sederhana?page=4.
Utami, Putri Dwi & Sucipto, Muhammad Arif Budiman. (2024). Tingkat Perilaku Burnout Study pada Peserta Didik Kelas VII di SMP Negeri 12 Kota Tegal. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(1), 978-988. Dari: https://edukatif.org/edukatif/article/view/6168/pdf.