Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

Fenomena “Orang Tua Tahu yang Terbaik untuk Anaknya”: Antara Pilihan Orang Tua vs Pilihan Anak

Penulis : Shafa Rahmadiena Maulany, S.Pd

Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir, nilai, dan perilaku remaja. Hal tersebut sejalan dengan penuturan Imroatun, dkk (2020) bahwa perhatian yang baik dari orang tua akan berdampak besar terhadap masa depan anaknya. Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita mendengar pernyataan bahwa “orang tua tahu yang terbaik untuk anaknya”. Sebuah pernyataan yang diucapkan dengan niat baik, namun pada kenyataannya tidak selalu mencerminkan pemahaman yang tepat tentang apa yang terbaik bagi anak.

Meskipun orang tua berusaha memberikan yang terbaik, keputusan mereka terkadang bisa salah, bahkan tanpa disadari memaksakan kehendak mereka terhadap anak (otoriter) (Asiyani, dkk, 2023). Remaja juga ingin diberi kesempatan untuk membuat keputusan tentang hidup mereka, baik itu terkait pendidikan, karir, maupun hubungan sosial. Namun, ketika orang tua merasa bahwa mereka tahu apa yang terbaik dan memaksakan keputusan mereka, anak dapat merasa terjebak antara keinginan untuk menghormati orang tua dan dorongan untuk mengeksplorasi pilihan mereka sendiri (Asiyani, dkk, 2023).

Sebuah studi oleh Santrock (2016) menyatakan bahwa dalam hubungan orang tua dan anak, komunikasi yang terbuka dan saling menghargai sangat penting untuk perkembangan remaja. Jika orang tua terus menerus mendikte keputusan hidup anak tanpa mempertimbangkan keinginan atau minat mereka, hal tersebut dapat mengarah pada ketegangan emosional dan konflik dalam keluarga. Anak akan merasa bahwa mereka tidak diberi ruang untuk berkembang sesuai dengan minat atau potensi diri mereka. Contohnya, orang tua yang memaksa anak untuk mengikuti jalur pendidikan atau karir tertentu meskipun anak tersebut tidak berminat atau merasa tidak cocok. Pada awalnya, anak mungkin tidak berani menentang orang tua, tetapi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat merusak rasa percaya diri mereka dan bahkan menurunkan motivasi untuk sukses.

Pada dasarnya, orang tua selalu berusaha melindungi dan memberi yang terbaik untuk anak-anak mereka. Namun, tekanan sosial, keinginan untuk memastikan anak mereka tidak mengalami kegagalan, atau bahkan harapan yang tidak realistis dapat membuat orang tua membuat keputusan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan atau keinginan anak. Menurut Feldman (2018) dalam bukunya Child Development, faktor-faktor yang memengaruhi orang tua dalam mengambil keputusan untuk anak-anak mereka sering kali berhubungan dengan pengalaman hidup mereka sendiri, pandangan dunia, dan aspirasi yang ingin mereka wariskan. Meskipun awalnya datang dari niat baik, kadang-kadang orang tua tidak menyadari bahwa mereka terlalu fokus pada tujuan mereka sendiri, mengabaikan keunikan dan kebutuhan anak.

Untuk menciptakan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, komunikasi yang terbuka dan saling menghargai menjadi kunci (Baharuddin, 2019). Berikut beberapa langkah yang dapat diambil, baik oleh orang tua maupun remaja:

  1. Membangun Dialog yang Terbuka dan Jujur

Remaja harus diberi ruang untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus siap untuk mendengarkan tanpa menghakimi atau segera memberikan solusi. Berdiskusi dengan pendekatan yang empatik akan membuat remaja merasa lebih dihargai.

  1. Memberi Kebebasan untuk Memilih

Orang tua perlu memahami bahwa anak-anak mereka bukanlah salinan dari diri mereka sendiri. Membiarkan anak untuk memilih jalur pendidikan atau karir yang mereka minati dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. Tentunya, orang tua tetap bisa memberikan panduan, tetapi harus dengan pendekatan yang lebih mendukung.

  1. Memberikan Dukungan, Bukan Dominasi

Daripada memaksakan pilihan, orang tua sebaiknya lebih berfokus pada pemberian dukungan emosional yang dapat membantu anak mereka melalui proses pemilihan keputusan. Hal ini termasuk mengenai konsekuensi, memberi informasi yang relevan, dan membantu anak mempersiapkan diri untuk tantangan yang akan mereka hadapi.

  1. Menghormati Proses Kematangan Remaja

Remaja sedang dalam proses penemuan diri yang penting. Proses ini memerlukan waktu dan kesabaran. Orang tua harus menghargai bahwa remaja mungkin perlu mengalami kegagalan atau kesalahan untuk tumbuh dan belajar. Menyadari hal ini dapat membantu orang tua untuk lebih sabar dalam menghadapi keputusan yang diambil oleh anak mereka.

  1. Melibatkan Remaja dalam Pengambilan Keputusan

Orang tua bisa melibatkan anak dalam diskusi mengenai keputusan yang akan diambil. Dengan cara ini, anak merasa dihargai dan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Ini juga membantu anak untuk memahami tanggung jawab yang datang dengan keputusan yang diambil.

Peran orang tua dalam kehidupan remaja memang sangat krusial, tetapi perlu diingat bahwa meskipun orang tua berusaha memberikan yang terbaik, mereka tidak selalu memiliki jawaban yang benar untuk semua situasi. Remaja membutuhkan kesempatan untuk menemukan jalannya sendiri. Solusi terbaik adalah menciptakan hubungan yang berbasis pada saling menghargai, komunikasi yang terbuka, dan memberi kebebasan untuk memilih. Dengan demikian, baik orang tua maupun anak dapat menemukan jalan tengah yang sehat dan saling mendukung dalam proses perkembangan yang sangat penting ini.

Daftar Rujukan:

Asiyani, G., Asiah, S. N., & Hatuwe, O. S. R. (2023). Pengaruh Hubungan Orangtua dan Anak dalam Pembentukan Karakter Anak. Az-Zahra: Journal of Gender and Family Studies3(2), 162-173.

Baharuddin, B. (2019). Pengaruh Komunikasi Orang Tua terhadap Perilaku Anak Pada MIN I Lamno Desa Pante Keutapang Aceh Jaya. Jurnal Al-Ijtimaiyyah5(1), 105-123.

Feldman, R. S. (2018). Child Development. Pearson.

Imroatun, I., Nirmala, I., Juhri, J., & Muqdamien, B. (2020). Kajian Literatur Pengasuhan Anak Usia Dini dalam Islam. As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini5(1), 57-66.

Santrock, J. W. (2016). Adolescence. McGraw-Hill Education.

 

×