Penulis : M. Ainul Yaqin Sadzali
Remaja adalah masa krusial dalam pengembangan potensi dan pembentukan cita-cita. Dalam konteks pendidikan Islam, pembinaan potensi dan cita-cita siswa harus dilakukan secara integral—menggabungkan aspek spiritual, intelektual, dan sosial kebangsaan. Nilai nasionalisme bukanlah hal yang bertentangan dengan Islam, melainkan bisa sejalan dalam kerangka hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).
Potensi Diri dalam Pandangan Islam
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap manusia memiliki potensi luar biasa yang perlu dikenali dan dikembangkan. Potensi ini mencakup kecerdasan spiritual (ruhiyah), emosional (nafsiyah), sosial (ijtima’iyah), dan intelektual (aqliah).
Dalam bimbingan konseling Islam, pendekatan pengembangan potensi diarahkan pada penemuan jati diri (self discovery) yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan kontribusi terhadap masyarakat.
Cita-Cita Siswa dan Nasionalisme
Cita-cita bukan hanya sekadar impian pribadi, tetapi juga harus menyentuh aspek kemanfaatan sosial. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Siswa yang ingin menjadi guru, dokter, pengusaha, atau bahkan pemimpin negara, dapat diarahkan melalui bimbingan agar memahami tanggung jawab sosial dan nasional dalam cita-cita mereka.
Nilai-nilai nasionalisme seperti cinta tanah air, menjaga persatuan, dan berkontribusi bagi bangsa bisa diintegrasikan dalam bimbingan karier Islami. Misalnya, siswa diarahkan memilih profesi bukan hanya berdasarkan keuntungan pribadi, tapi juga kontribusinya bagi umat dan negara.
Peran Guru BK dalam Mengembangkan Potensi dan Nasionalisme
Guru BK memiliki peran strategis dalam membantu siswa:
- Mengenal potensi diri melalui asesmen psikologi Islami.
- Menanamkan nilai nasionalisme dalam setiap layanan bimbingan, misalnya dengan memperkenalkan tokoh-tokoh nasional yang islami (seperti KH. Hasyim Asy’ari, Bung Tomo).
- Mengarahkan cita-cita agar tidak lepas dari nilai kebermanfaatan dan tanggung jawab sosial.
- Menjembatani antara aspirasi siswa dengan realita pendidikan dan lapangan kerja.
Penutup
Integrasi nilai Islam dan nasionalisme dalam bimbingan konseling sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan cinta terhadap bangsa. Siswa perlu didampingi agar potensi dan cita-citanya tumbuh dalam koridor iman, ilmu, dan pengabdian pada tanah air.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Kementerian Agama RI.
Ahmad, A. (2016). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mulyasa, E. (2013). Pengembangan Karakter di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutrisno, E. (2011). Nasionalisme dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: LKiS.
Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad bin Hanbal.