Pondok Pesantren MADU KH Ahmad Badjuri

Semangat Kartini dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam: Mewujudkan Perempuan Tangguh dan Berakhlak Mulia

Penulis : M. Ainul Yaqin Sadzali

Pendahuluan

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam konteks Bimbingan Konseling Islam (BKI), semangat Kartini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mendorong pemberdayaan perempuan, pengembangan potensi diri, dan pembentukan karakter yang mulia.

Kartini dan Semangat Pendidikan

R.A. Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan yang memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan setara dengan laki-laki. Pandangan ini sejalan dengan ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Kata “Muslim” di sini mencakup laki-laki dan perempuan.

Dalam surat-suratnya yang dibukukan dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Kartini menunjukkan kegelisahan terhadap ketidakadilan sosial yang dialami perempuan. Ia ingin perempuan tidak hanya menjadi penghuni dapur, tetapi juga memiliki kesempatan untuk berpikir, menulis, dan berkarya.

Bimbingan Konseling Islam dan Pemberdayaan Perempuan

Bimbingan Konseling Islam berperan penting dalam memberdayakan perempuan Muslimah agar mampu menghadapi tantangan kehidupan modern tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. BKI tidak hanya membantu individu memahami diri, tetapi juga membentuk kepribadian berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalam konteks Hari Kartini, BKI dapat menjadi sarana untuk:

Meningkatkan kesadaran perempuan terhadap potensi dirinya, melalui pendekatan psikologi Islam yang menekankan pentingnya niat, ikhtiar, dan tawakal.

Memberikan layanan konseling yang responsif gender, yang memperhatikan kondisi sosial dan budaya perempuan Muslim dalam menjalani peran ganda di masyarakat dan keluarga.

Membimbing perempuan untuk menjadi teladan dalam akhlak, sebagaimana dicontohkan oleh tokoh-tokoh perempuan Islam seperti Khadijah, Aisyah, dan Fatimah az-Zahra.

Relevansi Semangat Kartini dengan Nilai-nilai Islam

Kartini sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap Islam. Dalam surat-suratnya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, ia kerap mengungkapkan kekaguman terhadap ajaran Islam, meskipun masih dalam tahap pencarian. Hal ini menunjukkan bahwa semangat Kartini tidak bertentangan dengan Islam, bahkan bisa dikembangkan melalui pendekatan Islami.

Kesimpulan

Hari Kartini bukan hanya tentang memperingati sejarah perjuangan perempuan, tetapi juga menjadi momentum untuk merefleksikan kembali pentingnya pendidikan dan pembinaan karakter bagi perempuan Muslim. Melalui Bimbingan Konseling Islam, semangat Kartini dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata: memberdayakan, membimbing, dan mencetak perempuan yang beriman, cerdas, dan berdaya saing. Dengan demikian, perempuan Muslim dapat menjadi agen perubahan yang membawa rahmat bagi lingkungan sekitarnya.

Referensi:

Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5

Hadis Riwayat Ibnu Majah tentang kewajiban menuntut ilmu

Kartini, R.A. (2004). Habis Gelap Terbitlah Terang. Balai Pustaka.

Mujib, A., & Mudzakir, M. (2001). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Raja Grafindo Persada.

Prayitno, E. (2009). Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Rineka Cipta.