Penulis : Muhammad ‘Ainul Yaqin S.
Bullying atau perundungan bukan hal baru di kalangan remaja. Sayangnya, masih banyak yang menganggap bullying hanyalah candaan biasa antar teman. Padahal, di balik tawa itu sering tersembunyi luka batin yang dalam bagi korban. Bullying bisa terjadi di mana saja — di sekolah, lingkungan sekitar, bahkan di dunia maya.
- Apa Itu Bullying?
Bullying adalah tindakan menyakiti orang lain secara sengaja, baik secara fisik, verbal, sosial, maupun melalui media digital. Bentuknya bisa berupa mengejek, mengucilkan, memukul, menyebarkan gosip, atau menghina di media sosial. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2021), bullying termasuk bentuk kekerasan yang dapat berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial peserta didik.
- Mengapa Bullying Bisa Terjadi?
Ada beberapa akar masalah yang menyebabkan bullying marak di kalangan remaja:
Rendahnya empati – Banyak remaja tidak menyadari bahwa kata-kata atau perbuatannya bisa melukai orang lain. Ingin dianggap keren atau berkuasa – Sebagian pelaku merasa lebih kuat saat bisa mengendalikan atau menertawakan orang lain. Lingkungan yang permisif – Saat guru, teman, atau orang tua menganggap ejekan sebagai hal biasa, bullying makin subur.
Pengaruh media sosial – Fenomena konten “roasting”, meme ejekan, atau komentar jahat sering dianggap hiburan, padahal menormalisasi kekerasan verbal.
Masalah keluarga dan emosi pribadi – Pelaku sering kali juga memiliki luka batin, lalu melampiaskannya pada orang lain.
- Dampak Buruk Bullying
Dampaknya tidak hanya pada korban, tetapi juga pada lingkungan sekitar, Korban bisa mengalami stres, depresi, bahkan kehilangan rasa percaya diri. Pelaku terbiasa melakukan kekerasan dan sulit membangun hubungan yang sehat.,Saksi atau teman sekitar bisa tumbuh dengan rasa takut atau tidak berani melawan ketidakadilan.
Menurut UNICEF Indonesia (2022), lebih dari 40% siswa usia 13–17 tahun pernah mengalami bentuk perundungan, baik langsung maupun daring. Angka ini menunjukkan bahwa bullying masih menjadi masalah serius di dunia pendidikan.
- Bagaimana Cara Mengatasinya?
- Tingkatkan empati dan kesadaran – Ajak remaja memahami perasaan orang lain melalui diskusi dan kegiatan positif.
- Sekolah harus menjadi tempat aman – Guru dan siswa perlu membentuk budaya saling menghormati dan melaporkan setiap tindakan bullying.
- Peran orang tua sangat penting – Orang tua perlu mendengarkan anak, mengawasi perilaku mereka, dan memberi contoh sikap sopan dan empatik.
- Gunakan media sosial dengan bijak – Jangan jadikan komentar jahat sebagai hiburan. Laporkan konten yang bersifat perundungan.
- Penutup
Bullying sering bermula dari candaan kecil yang dianggap lucu, tapi bisa berakhir menjadi luka besar bagi korban. Sudah saatnya remaja belajar membedakan mana tawa yang sehat dan mana yang menyakiti. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan sekolah dan pertemanan yang ramah, aman, dan penuh empati — karena tidak ada candaan yang pantas jika membuat orang lain terluka.
- Referensi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2021). Panduan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan.
UNICEF Indonesia. (2022). Laporan Situasi Anak dan Remaja di Indonesia: Kekerasan dan Perundungan di Sekolah.